Home » » Kisruh Tak Berujung, Sepakbola Indonesia 2013 Makin Menjadi "Debu"

Kisruh Tak Berujung, Sepakbola Indonesia 2013 Makin Menjadi "Debu"

Written By Unknown on Saturday, January 12, 2013 | Saturday, January 12, 2013



PERUBAHAN tahun bagi sepakbola Indonesia hanya akan menjadi pergantian angka 2012 menjadi 2013. Sementara perubahan untuk perbaikan kondisi dan situasi diyakini tidak terjadi. Perlawanan kubu KPSI yang dimotori empat mantan Exco PSSI yang didukung oleh status quo dan sejumlah orang-orang yang berkepentingan, tidak akan pernah kendor. Apalagi sejak kursi Menpora dipegang oleh Agung Laksono, main “kasar” akan semakin gencar, jelang  dead line FIFA atas  sanksi siap menunggu pada Maret mendatang.

Terbentuknya Tim Task Force yang diketuai oleh mantan Ketua Umum KONI Pusat, Rita Subowo tak akan membawa perubahan positif kepada perbaikan PSSI ke depan. Karena keinginan  para penguasa sebelumnya melalui “pesuruh” yang dinamakan KPSI serta PSSI Ancol-nya, hanya satu; Djohar turun dari kursi PSSI-1. Titik.

Selain itu, tak pernah terwujud. Apalagi yang namanya perdamaian demi sepakbola Indonesia. PSSI tanpa legalitas tak sudah menyatakan haram untuk berdamai dengan Djohar. Sebaliknya PSSI yang kini berkantor di Pintu X dan XI Stadion Utama Gelora Bung Karno, juga tak bakal beranjak setapakpun selama AFC dan FIFA masih mengakui mereka.

Pemerintah yang diharapkan untuk adil dalam menyelesaikan konflik mayor yang baru pertama kali terjadi sejak berdirinya organisasi ini 1930 silam, ibarat menembalikan  hujan ke langit. Mustahil. Alasannya hanya satu; Menpora yang mewakili Pemerintah  secara tak langsung juga ngotot untuk menjatuhkan Djohar. Baik dipandang dengan kasat mata maupun dengan mata politik. Dan semua orang juga tahu kalau Agung adalah “abdi dalem” partai besar yang selama ini menguasai PSSI selama tujuh tahun.

PSSI resmi nyaris tak punya harapan “bantuan hukum” dari pihak manapun. Tim Task Force mungkin masih bisa sekedar berharap. Tetapi untuk terlalu berharap juga hampir mustahil karena sebagian besar anggota tim dikuasai oleh orang-orang yang terkait emosional dengan KPSI serta status quo. Berharap dari seorang Rita Subowo untuk “menjinakan” anggota lainnya juga hampir tak mungkin. Apalagi mantan pentolan PBVSI juga belum jelas “partai”-nya agaknya bakal dikeroyok oleh anggota tim lainnya yang juga pentolan KPSI dan KONI Pusat yang selama ini terang-terangan berpihak kepada yang tidak sah.

Selain berdoa kepada yang Maha Kuasa, Djohar tak punya kekuatan ekstra untuk terus bertahan dengan legalitas yang dipunyai dari AFC dan FIFA. Kalau federasi sepakbola Asia itu juga dikuasai oleh “kemampuan” pihak lawan, maka satu-satunya yang bisa dilakukan Djohar dan kawan-kawan adalah pasrah. Sebab untuk memperjuangkan kebenaran di zaman sekarang tak cukup dengan bukti autentik sebuah aturan hukum yang tertuang dalam Pedoman Dasar Organisasi serta Statuta yang mengacu kepada Statuta FIFA. Perlu ada kekuatan ekstra sebagai pelengkap BAB, Fasal dan Ayat-ayat yang tertulis dalam statuta sekaligus bisa meyakinkan kalau apa yang diperjuangkan adalah benar.

Langkah awal PSSI di awal tahun adalah langkah yang sudah dimulai sejak akhir tahun lalu adalah dengan memanggil semua pemain terbaik Indonesia ke Timnas Pra Piala Asia. Baik dari klub-klub IPL maupun ISL. Tetapi, sejak awal pula perlawanan lama kubu ISL yang sangat manut kepada KPSI, sudah terlihat. Tak satupun klub yang rela melepas pemainnya ke Timnas yang dibentuk PSSI dari 16 pemain mereka yang masuk daftar rilis pelatih Nil Maizar. Bahkan mereka sudah menyatakan akan kembali membentuk Timnas untuk tujuan yang sama. Tampaknya penolakan AFF atas tim yang mereka bentuk lewat pelatih Alfred Riedl, belum menjadi pelajaran bagi kubu pembangkang ini.

Kelatahan mereka untuk kembali membentuk Timnas sendiri tak lepas dari dukungan moral yang diberikan KONI Pusat dan Pejabat Menpora Agung Laksono. Bahkan lembaga tempat bernaungnya semua cabang olahraga di pusat yang dipimpin oleh Tono Suratman menyatakan akan mengambil alih pembentukan Timnas U-23.

Padahal ini adalah persoalan tabu bagi FIFA, karena tak satupun organisasi di luar PSSI boleh mengambil alih atau mengintervensi Timnas selain PSSI. Itu artinya KONI bukan sebagai penyelamat tetapi pembawa “kiamat” bagi sepakbola Indonesia. Karena FIFA tidak akan tinggal diam soal ini dan menjadi kredit poin untuk menjatuhkan sanksi kepada sepakbola negeri ini.

Mereka bukan tidak menyadari akan kondisi ini. Tetapi selama Djohar tak bisa dikuasai dan “melemparkannya” dari  kursi PSSI-1, maka jalan terbaik menurut para  “pengkhianat”  sepakbola itu adalah suspend FIFA. Ini permainan seri di mata mereka, walau sesungguhnya adalah kekalahan telak bagi insan sepakbola negara yang lebih banyak partai politik  dari jumlah klub sepakbola  berprestasinya.

Nah, itu berarti lembaran awal tahun 2013 adalah lembaran kelabu dan penuh debu. Nyaris tak ada kepastian yang bisa diharapkan untuk sebuah kebaikan selain pertikaian yang kian tak menentu.o(*)
Bagikan ke:

leave comment

Semua umpan balik saya hargai dan jika sempat saya akan membalas pertanyaan yang menyangkut artikel di Blog ini sesegera mungkin.

1. Komentar SPAM akan dihapus segera setelah saya review
2. Pastikan Anda tidak berkomentar dengan menggunakan kata-kata kasar, sara, p*rn* dan lain-lain.
3. Jika Anda memiliki masalah cek dulu komentar, mungkin Anda akan menemukan solusi di sana.
4. Jangan Tambah Link ke tubuh komentar Anda karena saya memakai system link exchange

5. Jika perlu sebarluaskan artikel dengan cara klik tombol SHARE di atas.

Bila anda senang dengan artikel ini silahkan Join To Blog atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini. Pergunakan vasilitas diatas untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui komentar atau share sesuai dengan artikel diatas.

Me

Post a Comment

 
Copyright © 2012 - 2015 Renviletieft Blog - All Rights Reserved
Template Craeted by : RenvileTieft Blog
Proudly Powered by Blogger