Siklus lima tahunan banjir Jakarta ternyata terjadi sejak abad 20. Banjir besar tercatat pada 1904 dan 1909. Pada 1918 adalah yang terhebat karena durasinya mencapai satu bulan.
David Cornelis, Head of Research KSK Financial Group mengatakan, banjir adalah sindrom tertua kota Jakarta. “Ternyata sejarah berulang dan sayangnya Jakarta melupakan sejarah,” katanya kepadaINILAH.COM, di Jakarta, Minggu (20/1/2013).
Menurut dia, gen banjir Jakarta memiliki sejarah panjang, sejak 1600 tahun lalu, pada tahun 403 Masehi yakni pada masa Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara di Cilincing, Koja, Jakarta Utara. “Adapun kejadian banjir pada Kamis 17 Januari 2013 di Bundaran HI lalu bukanlah yang pertama kali,” ujar dia.
Dahulu kala, setidaknya 2 kali sudah pernah terjadi banjir di Bundaran Hotel Indonesia (HI) yaitu pada 1893 dan 1932 karena hujan selama 8 hari. “Yang jelas, harinya kemarin bertepatan dengan rilisnya film Sang Pialang,” papar dia.
Sang Pialang berkisah tentang persahabatan tiga orang anak muda Mahesa, Kevin, dan Analea yang bergerak di bidang bursa efek.
Apa yang dialami Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) pekan lalu, kata David merupakan deja vu momen Januari 1960. Saat itu, Gubernur Soemarno baru menjabat dan banjir melanda Jakarta juga dengan daerah Jakarta Barat yang paling parah.
Dia menegaskan, air adalah masalah terbesar dan tertua di Jakarta. Tercatat, banjir besar pertama kali pada 1621 dan 1654. Di abad 19, ibu kota tak jua bebas banjir, tahun 1872, 1876, dan 1878 dengan hujan 40 hari terus menerus, serta 1892 di mana banjir setelah hujan lebih dari 8 jam, dan kembali banjir pada tahun 1895 dan 1899.
Ternyata, menurut David, teorema siklus 5 tahun terjadi mulai sejak abad 20. Berikut tahun-tahun dengan banjir besar Jakarta: 1904 dan 1909. “Tahun 1918 adalah yang terhebat karena dilanda banjir besar selama 1 bulan,” ujarnya.
Banjir pun berulang pada 1919, 1923, 1931, 1932, 1933, 1952, 1953, 1954, 1956, 1976, 1977, 1984, 1989, 1994, 1996, 1997, 1999, 2002, 2007, 2008 dan 2013. “Jika dirata-rata, akan muncul angka durasi banjir selama 4,95 tahun,” ungkap dia.
Adapun kejadian bencana di tahun-tahun tersebut, lanjutnya, mayoritas terjadi pada akhir Januari dan awal Februari dan seringkali terjadi pada hari Jumat. “Pada tahun 1965 banjir dinyatakan Bung Karno sebagai salah satu masalah utama Jakarta,” tandas David.
Garis besarnya, lanjut David, adalah dekade 1950-1960 yang tercatat mulai rutin banjir, sedangkan dasawarsa 1960-1970 daerah yang terkena banjir semakin meluas, dan antara tahun 1970-1980 siklus banjir semakin pendek. “Banjir semakin sering terjadi,” katanya.
Maka lenyaplah legenda lenggok Ciliwung seperti yang dikatakan JB Tavernier dan Rendra sebagai sungai yang airnya paling bersih dan baik sedunia, menandingi sungai Thames, Ganges dan Marilao.
Dengan luas 626 kilometer persegi dan letak geografis yang hampir 40% wilayah di bawah permukaan laut serta berada di kawasan delta, disertai kompleksitas tata kota Jakarta, penyebab banjir sudah bukan masalah klasik sampah. “Masalah banjir adalah masalah modern sekarang yakni karena tidak adanya lahan untuk resapan air,” imbuh David.
Sumber: inilah.com